Minggu, 30 Januari 2011

Mental Accounting

Pengertian akuntansi untuk seorang individu atau sebuah rumah tangga adalah sama dengan pengertian akuntansi untuk perusahaan bisnis pada umumnya, yaitu untuk mencatat, mengelompokan, menganalisis dan melaporkan transaksi atau kejadian ekonomik. Alasan mereka melakukan proses akuntansi juga sama dengan alasan perusahaan menerapkan akuntansi manajerial, yaitu untuk menelusuri kemana saja uang atau aset mereka digunakan sehingga pembelanjaan yang mereka lakukan dapat dikendalikan. Akuntansi mental merupakan deskripsi mengenai cara mereka melakukan proses akuntansi berdasarkan alasan yang telah dijelaskan sebelumnya. Akuntansi mental ini hanya dapat dipelajari dengan melakukan pengamatan menganai perilaku seseorang atau menyimpulkan kaidah-kaidah yang berlaku di masyarakat.

Komponen dari akuntansi mental terdiri dari tiga macam, yaitu:
1.Menangkap bagaimana outcome dirasakan dan dialami, dan bagaimana keputusan dibuat dan dievaluasi.
Pilihan konsumen dapat dipahami dengan menggabungkan nilai yang disepakati dengan perhitungan yang berkaitan dengan keputusan pembelian.
2.Melibatkan penempatan aktivitas dalam akun-akun tertentu.
Baik sumber maupun penggunaan dana harus dikelompokan dalam sistem akuntansi mental sebagaimana dalam sistem akuntansi.
3.Frekuensi dari evaluasi suatu akun.
Saldo akun dapat dicatat secara harian, mingguan, bulanan, atau tahunan.
Alasan utama untuk mempelajari akuntansi mental ini adalah untuk meningkatkan pemaham menganai pilihan dari aspek psikologi. Proses akuntansi mental membantu dalam memahami pilihan-pilihan yang dilakukan oleh setiap individu karena kaidah dari akuntansi mental ini sifatnya tidak netral.

Dalam akuntansi mental dikenal istilah fungsi nilai. Fungsi nilai ini adalah representasi dari beberapa komponen pusat dari kebahagiaan manusia. Tiga ciri penting dari nilai fungsi ini adalah sebagai berikut:
1.Nilai fungsi didefinisikan sebagai perbandingan antara laba dan rugi terhadap referensi individu.
Hal ini berarti bahwa lebih berfokus pada perubahan daripada tingkat kemakmurannya sendiri. Transaksi dievaluasi tanpa menghubungan dengan hal-hal lainnya.
2.Baik fungsi laba maupun rugi menunjukkan sensitivitas yang berkurang.
Seseorang akan menganggap perbedaan antara $10 dengan $20 adalah lebih besar daripada perbedaan antara $1000 dan $1010.
3.Ketidaksenangan terhadap rugi.
Seorang individu memiliki rasa kecewa yang lebih besar bila menderita rugi $100. Sedangkan kurang merasa bahagia dengan memperoleh untung sebesar $100.

Aturan dari nilai fungsi dalam akuntansi mental menggambarkan bagaimana suatu kejadian dirasakan dan dikodifikasi dalam membuat keputusan. Mental akun atau dalam bahasa sederhana dapat disebut sebagai jurnal dapat dibuat dalam tiga cara, yaitu akun minimal, akun berdasarkan topik, dan akun komprehensif.

Proses pembelian barang dalam akuntansi mental dipandang dari sisi laba dan rugi. Barang yang diperoleh dianggap sebagai laba, sedangkan uang yang dibayarkan dianggap sebagai rugi. Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh Kahneman and Tversky (1984) dan Thaler (1985) menolak gagasan tersebut. Menurut mereka seseorang memperoleh dua macam utilitas dari proses pembelian tersebut, yaitu utilitas akuisisi dan utilitas transaksi. Utilitas akuisisi mengukur nilai dari barang yang diperoleh dibandingkan dengan harga barang tersebut. Utilitas akuisisi merupakan nilai yang bersedia dibayar pembeli dimana barang tersebut dianggap sebagai hadiah yang diperoleh cuma-Cuma dikurangi dengan harga yang harus mereka bayar. Sedangkan utilitas transaksi adalah mengukur nilai yang disepakati. Nilai yang disepakati ini merupakan harga regular yang bersedia dibayar untuk memperoleh suatu barang. Dimana harga tersebut merupakan perbedaan dari jumlah yang dibayar oleh pembeli dengan harga yang sebenarnya diharapkan pembeli atas barang tesebut. Konsep utilitas transaksi ini tidak berlaku dalam model ekonimi standar karena konsumsi individu selalu sama dalam kondisi apapun.

Pada sistem akuntansi biasa ada keputusan kapan suatu akun akan dibuka dan kapan suatu akun akan ditutup. Misalnya, saat seseorang memutuskan untuk berinvestasi pada saham sebesar $1000 maka pada saat itu dia akan membuka akun terkait dengan investasi yang dilakukannya. Seiring berjalannya waktu saham tersebut mengalami kenaikan/penurunan harga sehingga menimbulkan laba/rugi yang belum direalisasi. Pada saat orang tersebut memutuskan untuk menjual sahamnya, maka saat itu juga rekening investasi dia pada saham harus ditutup. Laba/rugi yang sebelumnya tidak direalisasi, maka pada saat akun ditutup laba/rugi tersebut harus direalisasi.

Dalam akuntansi mental, laba/rugi yang belum direalisasi sulit untuk dimasukkan dalam akal pikiran. Namun akan menjadi jelas bagi mereka bila rugi tersebut benar-benar telah direalisasi dan rugi tersebut cukup menyakitkan bagi mereka. Oleh karena menutup akun investasi pada saat saham mengalami rugi, maka berdasarkan akuntansi mental orang tersebut justru lebih mempertahankan saham yang rugi dan justru menjual saham yang nilainya untung. Hal ini sesuai dengan komponen dari akuntansi mental yang disebutkan sebelumnya, bahwa seorang individu cenderung memiliki sifat tidak menyukai rugi (risk averse). Hal yang berlawanan akan dilakukan oleh investor yang rasional, dimana dia akan menjual sahamnya yang merugi dan mempertahankan saham yang nilainya baik.

Situasi lain yang mendorong seorang individu untuk membuka atau menutup akun yang dimilikinya adalah pada saat terjadi transaksi pembelian di muka. Seseorang yang telah membeli tiket pertandingan satu minggu sebelum pertandingan berlangsung misalnya, pada saat pembelian tiket berarti orang tersebut mulai memutuskan untuk membuka akunnya yang terkait dan berharap menutup akun tersebut saat tiket yang sudah dibeli digunakan untuk menonton pertandingan pada saat berlangsung. Namun, ada hal-hal diluar dugaan yang terjadi yang mengakibatkan tiket tersebut sebenarnya tidak dapat digunakan karena ada sesuatu hal yang menghalangi si pemilik tiket untuk menonton pertandingan, misalnya terjadi badai. Bila tiket tersebut tidak digunakan pada saat pertandingan berlangsung, artinya si pemilik tiket harus menutup akunnya dalam kondisi rugi. Oleh karena itu mereka tetap memaksakan diri agar tiketnya digunakan menonton menskipun di luar terjadi badai karena mereka tidak ingin menutup akunnya dalam kondisi rugi. Konteks di atas tidak berlaku untuk pembelian barang yang sifatnya rutin. Pembelian rutin mengalami evaluasi lebih pada masalah apakah terjadi peningkatan atau penurunan dalam harga beli yang terkait atau saat kondisi mengalami perubahan dari biasanya.

Keputusan lainnya yang berkaitan dengan akuntansi mental adalah preferensi orang untuk menggunakan aset pribadinya daripada menggunakan aset milik pihak lain. Misalnya, seseorang lebih memilih untuk membeli mobil pribadi untuk mendukung aktivitas mereka sehari-hari. Padahal berdasarkan analisis efisiensi biaya, orang tersebut akan lebih efisien bila menggunakan taksi atau angkutan umu lainnya dibandingkan membeli mobil pribadi. Namun, mereka menganggap biaya yang harus mereka bayar untuk transportasi umum yang mereka gunakan justru akan meningkatkan jumlah pengeluaran mereka dan mereka beranggapan bahwa dengan menggunakan kendaraan pribadi maka mereka bisa memperoleh manfaat gratis dari pos transportasi karena kendaraan tersebut milik mereka sehingga tidak perlu membayar.

Masalah penganggaran dalam akuntansi mental menggolongkan uang menjadi tiga bagian, yaitu pengeluaran (termasuk biaya makan, tempat tinggal, dan sebagainya), kekayaan (temasuk cek, dana pensiun, dan sebagainya), dan terakhir adalah pendapatan, yang dikategorikan sebagai pendapatan biasa dan luar biasa. Membagi pengeluaran ke dalam kategori anggaran memiliki dua tujuan, yaitu proses penganggaran dapat membantu dalam membuat tukaran yang rasional untuk penggunaan dana yang dimiliki. Alasan kedua adalah sistem penganggaran dapat bertindak sebagai alat pengendali diri sendiri. Semakin ketat anggaran berarti semakin ketat aturan dalam anggaran tersebut. Keluarga yang hidup mendekati kemiskinan menggunakan anggaran yang ketat dan eksplisit, sedangkan dalam keluarga yang lebih makmur anggarannya kurang diperhatikan, tingkat konsumsi mereka tidak diperketat oleh anggaran. Keluarga yang lebih miskin cenderung memiliki anggaran dalam periode yang lebih pendek daripada keluarga yang berkecukupan.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa akuntansi mental melanggar prinsip ekonomi mengenai substitusi. Pelanggaran ini diperkenalkan dalam sistem penganggaran, dimana pelanggaran ini terjadi karena beberapa anggaran dirancang terlalu rendah agar dapat berfungsi sebagai alat pengendali diri sendiri. Perilaku yang jelas menggambarkan konsep ini adalah dalam pemberian hadiah dari seseorang kepada orang lainnya. Biasanya seseorang akan memberikan hadiah kepada orang lain berupa barang yang nilai barang tersebut lebih tinggi daripada nilai barang yang sehari-hari mereka gunakan. Akuntansi mental menjelaskan alasan konsep tersebut, bahwa seseorang menganggap suatu hadiah bernilai mewah bila dia tidak dapat membeli hadiah itu dengan kemampuan mereka sendiri. Analisis ini memberikan gambaran bahwa bagaimana masalah kontrol diri sendiri dapat mempegaruhi pilihan seorang individu. Masalah lain yang berkaitan dengan kontrol diri sendiri adalah kategori penempatan aset oleh seorang individu. Dimana urutan penempatan aset dapat dimulai dari pos yang sifatnya likuid hingga yang sifatnya kurang likuid. Semakin tidak likuid suatu aset dikategorikan berarti semakin besar kontrol individu tersebut atas aset yang ditempatkan dalam posisi tersebut. Masalah lainnya yang berkaitan dengan pelanggaran prinsip ekonomi mengenai substitusi adalah menganai sumber pendapatan yang diperoleh seorang individu atau rumah tangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar